PSIKOLOGI AGAMA "KEPRIBADIAN dan SIKAP KEBERAGAMAAN"


MAKALAH PSIKOLOGI AGAMA
KEPRIBADIAN dan SIKAP KEBERAGAMAAN



BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang  
Dalam memahami kepribadian dan sikap keagamaan, ada banyak tipe-tipe yang deipaparkan oelh berbagai macam teori dari para ahli, seperti teori Freud dalam memandang kepribadian dan juga agama. Begitu pula dengan teori yang emenjelaskan tentang kepribadian yang dihubungkan dengan agama Islam. Sikap keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan bentuk kepercayaannya. Sikap merupakan predisposisi untuk bertindak senang atau tidak senangnya, setuju atau tidak setuju yterhadap objek tertentu berdasarkan komponen kejiwaan: kognisi, afeksi dan konasi. Artinya sikap merupakan interaksi dari komponen-komponen kejiwaan manusia secara kompleks terhadap lingkungannya.
  1. Rumusan Masalah  
Beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain:
1.      Jelaskan pengertian dan teori kepribadian?
2.      Jelaskan tipe-tipe kepribadian!
3.      Bagaimana pengertian sikap keberagamaan?
4.      Bagaimana sikap-sikap keberagamaan pada masa modern?
5.      Apa hubungan kepribadian dan sikap keberagamaan?

  1. Tujuan
Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1.      Untuk mengetahui apa itu pengertian kepribadian
2.      Untuk mengetahui apa saja tipe-tipe kepribadian
3.       Untuk mngetahui apa pengertian sikap keberagamaan dan bagaimana hubungannya dengan kepribadian


BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian dan Teori Kepribadian
Istilah-istilah yang dikenal dalam kepribadian adalah:[1]
1.      Mentality, yaitu situasi mental yang dihubungkan dengan kegiatan mental atau intelektual.
2.      Personality, menurut Wibters Dictionary, adalah: An integrated group of  constitution of trends behavior tendencies act.
3.      Individuality, adalah sifat khas seseorang yang menyebabkan seseorang mempunyai sifat berbeda dari orang lainnya.
4.      Identity, yaitu sifat kedirian sebagai suatu kesatuan dari sifat-sifat mempertahankan dirinya terhadap sesuatu dari luar (unity and persistance of personality).
Berdasarkan pengertian dari kata-kata tersebut, beberapa ahli mengemukakan definisinya sebagai berikut:[2]
1.      Allport, dengan mengecualikan beberapa sifat kepribadian dapat dibatasi sebagai cara bereaksi yang khas dari seseorang individu terhadap perangsang sosial dan kualitas penyesuaian diri yang dilakukannya terhadap segi sosial dari lingkungannya.
2.      Mark A. May, apa yang memungkinkan seseorang berbuat efektif atau memungkinkan seseorang mempunyai pengaruh terhadap orang lain. Dengan kata lain, kepribadian adalah nilai perangsang sosial seseorang.
3.      Hartmann, susuan yang terintegrasikan dari ciri-ciri umum seorang individu sebagaimana dinyatakan dalam corak khas yang tegas yang diperlihatkannya kepada orang lain.

Kepribadian dari sudut filsafat dikemukakan pendapat oleh:[3]
William Stern
Menurut W. Stern kepribadian adalah suatu kesatuan banyak (unita multi complex) yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu dan mengandung sifat-sifat khusus individu, yang bebas menentukan dirinya sendiri.


  1. Tipe-tipe Kepribadian
Secara garis besarnya pembagian tipe kepribadian manusia ditinjau dari berbagai aspek antara lain:[4]
1.      Aspek Biologis
Aspek biologis, yang mempengaruhi tipe kepribadian seseorang ini didasarkan atas konstitusi tubuh dan bentuk tubuh yang dimiliki seseorang, tokoh-tokoh yang mengemukakan teorinya berdasarkan aspek biologis ini antaranya:
1)      Hippocrates dan Galenus
Mereka berpendapat, bahwa yang mempengaruhi tipe kepribadian seseorang adalah jenis cairan tubuh yang paling dominan, yaitu:
a.       Tipe Choleris
Tipe ini disebabkan cairan empedu kuning yang dominan dalam tubuhnya. Sifatnya agak emosi: mudah marah, dan mudah tersinggung.
b.      Tipe Melancholic
Tipe ini disebabkan cairan empedu hitam yang dominan dalam tubuhnya. Sifatnya agak tertutup: rendah diri, mudah sedih, dan sering putus asa.
c.       Tipe Plegmatis
Tipe ini dipengaruhi oleh cairan lendir yang dominan. Sifat yang dimilikinya agak statis: lamban, apatis, pasif, dan pemalas.
d.      Tipe Sanguinis
Tipe ini dipengaruhi oleh cairan darah merah yang dominan. Sifat yang dimilikinya agak aktif, cekatan, periang, dan mudah bergaul.
2.      Aspek Sosiologis
Pembagian ini didasarkan kepada pandangan hidup dan kualitas sosial seseorang. Yang mengemukakan teorinya berdasarkan aspek sosiologi ini antara lain:
a.       Edward Spranger
Edward berpendapat bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh pandangan hidup mana yang dipilihnya. Berdasarkan hal itu ia membagi tipe kepribadian menjadi:
1)      Tipe teoritis, orang yang perhatiannya selalu diarahkan kepada masalah teori dan nilai-nilai, ingin tahu, meneliti, dan mengemukakan pendapat.
2)      Tipe Ekonomis, yaitu orang yang oerhatiannya tertuju kepada manfaat segala sesuatu berdasarkan faedah yang dapat mendatangkan untung rugi.
3)      Tipe estetis, yaitu orang yang perhatiannya tertuju kepada masalah-masalah keindahan.
4)      Tipe sosial, yaitu orang yang perhatiannya tertuju ke arah kepentingan kemasyarakatan dan pergaulan.
5)      Tipe politis, yaitu orang yang perhatiannya tertuju kepada kepentingan kekuasaan, kepentingan dan organisasi.
6)      Tipe religius,nyaitu orang yangbtaat kepadabajaran agama, senang dengan masalag-masalah ke-Tuhanan, dan keyakinan agama.
b.      Muray
Muray membagi tipe kepribadian menjadi:
1)      Tipe teoretis, yaitu orang yang menyenangi ilmu pengetahuan, berpikir logis, dan rasional.
2)      Tipe humanis, yaitu tipe orang yang memiliki sifat kemanusiaan yang mendalam.
3)      Tipe sensasionis, yaitu tipe orang yang suka sensai dan berkenalan.
4)      Tipe praktis, yaitu tipe orang yang giat bekerja dan mengadakan praktik.


3.      Aspek Psikologis
a.       Dalam pembagian tipe kepribadian berdasarkan psikologis Prof. Heyman mengemukakan, bahwa dalam diri manusia terdapat tiga unsur: emosionalitas,naktivitas, dan fungsi sekunder (proses pengiring).
1)      Emosionalitas, merupakan unsur yang mempunyai sifat yang didominasi oleh emosi yang positif,nsifat umunya adalah: kurang respek terhadap orang lain, tegas, ingin menguasai, suka berlebih-lebihan, dll.
2)      Aktivitas, yaitu sifat yang dikuasai oleh aktivitas gerakan, sifat umun yang tampak adalah : lincah, praktis, periang, berpandangan luas, dll.
3)      Fungsi sekunder (proses pengiring), yaitu sifat yang didominasi oleh kerentaan perasaan, sifat umunya adalah: watak tertutup, tekun, hemat, tenang, dan dapat dipercaya.
b.      Selanjutnya Carl Gustaw membagi manusia menjadi dua pokok:
1)      Tipe Extrover, yaitu orang yang terbuka dan banyak berhubungan dengan kehidupan nyata.
2)      Tipe Introvet, yaitu orang yang tertutup dan cenderung kepada berpikir dan merenung.

  1. Pengertian Sikap Keberagamaan
Agama menyangkut kehidupan bathin manusia. Oleh karena itu, kesadaran agama dan pengalaman agama seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi batin kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan dunia gaib. Dari kesadaran agama dan pengalaman agama ini pula muncul sikap keberagamaan yang ditampilkan seseorang. Sikap keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama tersebut. Sikap beragama tersebut oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur efektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Jadi, sikap keberagamaan merupakan ntegrasi secara kompeks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap keberagamaan menyangkut atau berhubungan erat dengan gelaja kejiwaan.[5]
Beranjak dari kenyataan, maka sikap keberagamaan terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Memang dalam kajian psikologi agama, beberapa pendapat menyetujui akan adanya potensi beragama pada manusia. Manusia adalah hmo relegius (makhluk beragama). Namun, potensi tersebut memerlukan bmbingan dan pengembangan dari lingkungannya. Lingkungannya pula yang mengenalkan seseorang akan nilai-nilai dan norma-norma agama yang harus dituruti dan dilakonkan. [6]
Sikap keberagamaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan ketaatan terhadap agama. Sikap keberagamaan tersebut adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif. Perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Sikap sebagai suatu tingkatan afeksi yang baik bersifat positif maupun negatif dalam hubungan objek-objek psikologis. Afeksi positif adalah afeksi senang sedangkan afeksi negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan.[7]
Ada tiga komponen psikologis dalam bersikap yaitu kognisi, afeksi, dan konasi yang bekerja secara kompleks merupakan bagian yang menentukan sikap seseorang terhadap suatu objek baik yang berbentuk kongkrit maupun objek yang abstrak, komponen kognisi akan menjawab tentang apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang objek. Komponen afeksi dikaitkan dengan apa yang dirasakan terhadap objek (senang atau tidak senang). Sedangkan komponen konasi berhubungan dengan kesediaan atau kesiapan untuk bertindak terhadap objek dan bagaimana bentuk sikap keberagamaan seseorang dapat dilihat seberapa jauh keterkaitan komponen kognisi, afeksi, konasi seseorang dengan masalah-masalah yang menyangkut agama.[8]
            Menurut teori  Brehm dan Kassin bahwa sikap keberagamaan merupakan penyatuan secara kompleks antara pengetahuan agaman, perasaan agama serta tindak keagamaan menyangkut atau berhubungan erat dengan gejala kejiwaan. Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan beragama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti yang khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas. Manusia memiliki bentuk sistem nilai tertentu, sistem nilai ini merupakan sesuatu yang dianggap bermakna bagi dirinya, sistem ini dibentuk melalui belajar dan proses sosialisasi. Perangkat sistem nilai ini dipengaruhi oleh keluarga, teman, institusi pendidikan dan masyarakat luas. 

  1. Sikap-sikap Keberagamaan pada Masyarakat Modern
Di era modern ini terjadi penyempitan bumi yang selama ini dianggap besar tetapi kecil. Akibat kemajuan diberbagai bidang ilmu pengetahuan semua menjadi dekat bahkan tidak ada jarak pemisah antar negara satu dengan negara lain, setiap berita diseluruh dunia setiap detik, menit bisa diketahui secepat mungkin. [9]
Era modern ini banyak muncul paham-paham yang baru dibelahan dunia bisa diakses secara langsung, sehingga bisa mempengaruhi pola pikir dan paham manusia tersebut salah satunya adalah paham pluralisme yang muncul begitu hangat untuk dibicarakan di negara Indonesia ini, hal inilah yang membuat kekhawatiran sebagain masyarakat tentang paham-paham yang datng dari Barat, tidaklah semuanya mengandung nilai-nilai negatif tetapi yang terpenting disini adalah filterisasi terhadap berbagai berbagai paham-paham tersebut, sehingga masyarakat dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
 
  1. Hubungan Kepribadian dan Sikap Keberagamaan
1.      Struktur Kepribadian
Sigmund Freud, merumuskan sistem kepribadian menjadi tiga sistem. Ketiga sistem tersebut dinamainya id, ego dan super ego.[10]
a.       Id (Das Es)
sebagai suatu sistem id mempunyai fungsi menunaikan prinsip kehidupan asli manusia berupa penyaluran dorongan naluriah, dengan kata lain id mengemban prinsip kesenangan (pleasure participle), yang tujuannya untuk membebaskan manusia dari ketegangan dorongan naluri dasar: makan, minum, seks, dan sebagainya. (aspek biologis)
b.      Ego (Das Ich)
Ego merupakan sistem yang berfungsi menyalurkan dorongan id ke keadaan yang nyata. Freud menamakan misi yang diemban oleh ego sebagai prinsip kenyataan (objective/reality principle). Segala bentuk dorongan naluri dasar yang berasal dari id hanya dapat direalisasi dalam bentuk nyata melaului bantuan ego.  Ego juga mengandung prinsip kesadaran. (aspek psikologis)

c.           Super Ego (Das Uber Ich)
Sebagai suatu sistem yang memiliki unsur moral dan keadilan. Maka sebagian besar super ego mewakili alam ideal. Tujuan super ego adalah membawa individu ke arah kesempurnaan sesuai dengan pertimbangan keadilan dan moral. Ia merupakan kode modal seseorang dan berfungsi pula sebagai pengawas tindakan yang dilakukan oleh ego. (aspek sosiologis)

Dalam kaitannya dengan tingkah laku keagamaan, maka dalam kepribadian manusia sebenarnya telah diatur semacam sistem kerja untuk menyelaraskan tingkah laku manusia agar tercapai ketentraman dalam bathinnya. Secara fitrah manusia memang terdorong untuk melakukan sesuatu yang baik, benar, indah. Namun, terkadang naluri mendorong manusia untuk segera memenuhi kebutuhannya yang bertentangan dengan realita yang ada. Misalnya dorongan untuk makan ingin dipenuhi, tetapi makanan tidak ada (realita), maka timbul dorongan untuk mencuri. Jika perbuatan itu dilaksanakan, maka ego (aku sadar) akan merasa bersalah, karena mendapat hukuman dari ego-ideal (norma yang terbentuk dalam batin baik oleh norma masyarakat maupun agama). Sebaliknya, jika dorongan untuk mencuri tidak dilaksanakan, maka ego akan memperoleh penghargaan dari hati nurani.[11]
Pemenuhan dorongan pertama akan menyebabkan terjadi  kegelisahan pada ego, sedangkan pemenuhan dorongan kedua akan menjadikan ego tentram. Dengan demikian kemampuan ego untuk menahan diri tergantung dari pembentukan ego-ideal. Dalam kaitan inilah bimbingan dan pendidikan agama sangat berfungsi bagi pembentukan kepribadian seseorang. Pendidikan moral dan akhlak ini adalah upaya membekali ego-ideal dengan nilai-nilai luhur. Dan menurut Sigmund Freud, ego-ideal ini terbentuk oleh lingkungan baik dikeluarga maupun masyarakat. Sedangkan peletak dasarnya adalah orang tua. Peran orang tua dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan moral agama dan akhlak memang demikian menentukan. Bahkan dalam ajaran Islam misalnya dikemukakan, bahwa setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang bertanggung jawab apakah anak itu (nantinya) akan menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi (Hadis). Demikian dominannya pengaruh kedua orang tua dalam pembentukan dasar-dasar agama. Bahkan pengaruh tersebut sampai-sampai pada dasar-dasar keyakinan (akidah). Keberagamaan anak hampir sepenuhnya ditentukan oleh pengaruh orang tua. Inilah yang dikemukakan Sigmund Freud sebagai father image (citra bapak). [12]






















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan susuan yang terintegrasikan dari ciri-ciri umum seorang individu sebagaimana dinyatakan dalam corak khas yang tegas yang diperlihatkannya kepada orang lain. Sedangkan sikap keberagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama tersebut.



 
    



























DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin. 2010. Psikologi Agama:Kepribadian dan Sikap Keagamaan. Jakarta: PT Raja   Grafindo Persada.

Pustaka UIN Imam Bonjol. Sikap Keberagamaan. Number 12. Diambil dari: www.pustakauinib.ac.id>files>original (20 Maret 2018).

Zulkarnaen. 2017. Sikap-sikap Keberagamaan pada Masyarakat Modern (Jurnal Usuluddin). Number 3-5. Diambil dari : http://fusi.uinsu.ac.id/assets/file/ (20 Maret 2018).


[1] Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010),201-202.
[2] Ibid., hal. 202.
[3] Ibid., hal. 203.
[4] Ibid., hal. 205.
[5] Ibid., hal. 257.
[6] Ibid., hal. 257-258.
[7] Pustaka uinib, “Sikap Keberagamaan” (Landasan Teori), 12. (www.pustakauinib.ac.id>files>original). Diakses pada 20 Maret 2018 
[8] Jalaluddin, Op.Cit., 260.
[9] Zulkarnaen, “Sikap-sikap Keberagamaan pada Masa Modern”. (Budhy Munawar Rachman: Islam Pluralis, Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, 2004), hal 3.
[10] Jalaluddin, Op.Cit., 212-213.
[11] Ibid., hal. 218.
[12] Ibid., hal. 218-219.

Postingan populer

METODE KERJA KELOMPOK PADA PEMBELAJARAN PAI

Penyelenggaraan Rapat di Sekolah