BAKAT, MINAT, & POTENSI DIRI DALAM PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk
istimewa yang di ciptakan Tuhan ke dunia. Suatu manusia atau setiap individu
pasti memiliki bakat, minat dan potensi sendiri – sendiri yang luar biasa.
Tidak ada manusia yang tidak memiliki kemampuan sama sekali, karena Tuhan pernah
sia – sia dalam menciptakan sesuatu.
Bakat itu sudah ada pada
diri manusia sejak lahir. Hanya saja kita masih kesulitan dalam mengenali bakat
tersebut. Bakat itu sendiri diibaratkan sebagai sebuah harta karun yang
tersembunyi dan terpendam, jika tidak digali dan dicari maka tidak akan muncul.
Selain itu tidak ada juga tipe kecerdasan yang menunjang bakat untuk
berkembang. Potensi adalah kesanggupan, daya, kemampuan untuk berkembang.
Dimana potensi merupakan kadar kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mencapai
hasil yang maksimal. Sedangkan minat merupan rasa ketertarikan terhadap suatu
hal tanpa adanya unsur paksaan.
Disini dapat disimpulkan
bahwa bakat, minat dan potensi diri merupakan suatu hal yang berbedan namun
saling berkaitan. Mengenal bakat, minat dan potensi adalah mengetahui keahlian,
kesanggupan, dan kegemaran yang dimiliki setiap manusia dan dapat di kembangkan
menjadi sesuatu yang bermanfaat.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa itu bakat?
2.
Apa itu minat?
3.
Apa itu potensi diri?
C. Tujuan
1.
Untuk memahami apa itu bakat, minat
dan potensi diri.
2.
Mengetahui sifat, dan jenis-jenisnya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Bakat
Dr. H. Yul Iskandar. Psikiater, Ph.D (2003) dalam bukunya Test Bakat,
Minat, Sikap & Personality MMPI-DG menjelaskan apa yang dimaksud dengan
bakat, minat, dan sikap tersebut. Yang dimaksud dengan bakat adalah suatu
karakteristik unik individu yang membuatnya mampu (tidak mampu) melakukan
sesuatu aktivitas dan tugas secara mudah (atau sulit) dan sukses (atau tidak
pernah sukses). Bakat ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya adalah
faktor genetik/keturunan, pendidikan, dan pelatihan. Orang akan terlihat bakat
yang sesungguhnya setelah mereka dididik dan dilatih. Orang yang berbakat
setelah dididik dan dilatih akan cepat menguasai masalah yang dilatih,
sedangkan yang tidak berbakat mereka akan ketinggalan.[1]
Yul Iskandar mengelompokkan jenis-jenis bakat, minat, dan sikap manusia
seperti berikut.[2]
Jenis-jenis Bakat meliputi
1.
Investigator
2.
Examiner
3.
Bakat positif
4.
Bakat negatif
5.
Rasional
6.
Adaptasi
7.
Bersalah
8.
Goof-off
9.
Membosankan
10.
Kontrol diri
11.
Pemalu
12.
Charming
13.
Introspeksi
14.
Pemalas
B.
Minat
Minat merupakan suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian
individu pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda, dan orang.
Minat berhubungan dengan aspek kognitif, afektif, dan motorik dan merupakan
sumber motivasi untuk melakukan apa yang diinginkan.
Minat berhuhungan dengan sesuatu yang menguntungkan dan dapat
menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Kesenangan merupakan minat yang sifatnya
sementara. Adapun minat bersifat tetap (persistent) dan ada unsur memenuhi
kebutuhan dan memberikan kepuasan. Semakin sering minat diekspresikan dalam
kegiatan akan semakin kuat minat tersebut, sebaliknya minat akan menjadi pupus
kalau tidak ada kesempatan untuk mengekspresikannya.[3]
Yul Iskandar mengelompokkan jenis-jenis bakat, minat, dan sikap manusia
seperti berikut
Jenis-jenis Minat
meliputi
1.
Seniman
2.
Pemusik
3.
Masalah
lingkungan
4.
Achiever
(penghasil sesuatu)
5.
Dermawan
6.
Petualang
7.
Sosialisme
8.
Liberalisme
9.
Reaksionerisme
10.
Psikologi
11.
Komputer
12.
Minat
industri
Sifat-sifat dan Faktor-faktor Minat
Minat memiliki sifat dan karakter khusus, sebagai berikut:[4]
1. Minat bersifat pribadi (individual), ada perbedaan antara minat
seseorang dan orang lain.
2. Minat menimbulkan efek diskriminatif.
3. Erat hubungannya dengan motivasi, mempengaruhi, dan dipengaruhi
motivasi.
4. Minat merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan bawaan lahir dan dapat
berubah tergantung pada kebutuhan, pengalaman, dan mode.
Adapun faktor-faktor yang meliputi minat,
sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisik, sosial, dan egoistis.
2. Pengalaman.
C.
Potensi Diri
Potensi dapat
diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam didalamnya
yang menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu
tersebut. Dengan demikian, potensi diri manusia adalah kemampuan dasar yang
dimiliki manusia yang masih terpendam didalam dirinya, yang menunggi untuk
diwujudkan menjadi suatu manfaat nyata dalam kehidupan diri manusia. Apabila
pengertian potensi diri manusia dikaitkan dengan pencipta manusia, Allah swt,
maka potensi diri manusia kira-kira dapat diberi pengertian sebagai "kemampuan
dasar manusia yang telah diberikan oleh Allah swt sejak dalam kandungam ibunya
sampai pada saat tertentu (akhir hayatnya), yang masih terpendam didalam
dirinya, menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu manfaat nyata dalam
kehidupan diri manusia di dunia ini dan di akhirat nanti".
Jadi, potensi
diri manusia adalah suatu kekuatan atau kemampuan dasar manusia yang telah
berada dalam dirinya, yang siap untuk direalisasikan menjadi kekuatan dan
manfaat nyata dalam kehidupan manusia di muka bumi ini, sesuai dengan tujuan
penciptaan manusia oleh sang Maha Pencipta, Allah SWT. Apakah tujuan manusia diciptakan? Tidak
lain dan tidak bukan manusia diciptakan untuk mengabdi/beribadah kepada-Nya.[5]
Jenis-Jenis Potensi Diri Manusia
Potensi diri manusia secara utuh adalah keseluruhan badan atau tubuh
manusia sebagai suatu sistem yang sempurna dan paling sempurna bila
dibandingkan dengan sistem makhluk ciptaan Allah lainnya, seperti binatang,
malaikat, jin, iblis, dan setan. Apabila diidentifikasikan, potensi-potensi
yang telah ada pada diri manusia adalah akal pikiran (otak), hati, dan indera
(QS. Al-Hijr: 28-29).
Potensi apapun yang ada pada diri manusia, masing-masing mempunyai
fungsi, masing-masing dapat tumbuh dan berkembang, baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama, baik disengaja, maupun secara alami. Sesuai dengan potensu
diri yang telah Allah berikan kepada manusia, konsekuensi logisnya adalah manusia harus memanfaatkan dan
mengaktualisasikan semaksimal mungkin dalam hidup dan kehidupannya.[6]
DAFTAR PUSTAKA
Wiyono,
Slamet. 2004. Manajemen Potensi Diri. Jakarta: PT Grasindo.
Psikologi
Perkembangan.
[1]
Slamet Wiyono, Manajemen Potensi Diri (Jakarta: PT Grasindo, 2004), hlm. 61.
[2]
Ibid.,62.
[3]
Psikologi Perkembangan, hlm. 63.
[4]
Ibid,. 63-64.
[5]
Slamet Wiyono, op. cit. Hlm 37-38.
[6]
Ibid.,hlm.38